![](https://lombafotoastra.satu-indonesia.com/2018/image.php?pid=1722119083js0pirdgqltkm007kv1afiq73959118&s=5)
Jawa Timur, Kelurahan Kawisanyar
Moh. Ihsan, 67, eksis di tengah gempuran industri pembuatan alat-alat berbahan besi dan baja di Indonesia. Sejak 1974, kakek dua cucu tersebut terus berkarya. Di bengkel pembuatan alat-alat berbahan baja dan besi di Jalan Sunan Giri IV, Kelurahan Kawisanyar, Kecamatan Kebomas, Menjelang Idul Adha, pekerjaan yang digelutinya selama 43 tahun itu menjadi jujukan banyak orang.
Tujuannya, memesan pisau, kapak, dan bendo. Peralatan untuk menyembelih hewan kurban. Pemesannya bukan hanya masyarakat Kota Giri. Ada juga yang berasal dari luar kota. Di antaranya, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, hingga Semarang. Keahlian pandai besi keturunan keempat almarhum H Abdullah tersebut cukup tersohor.
Industrialisasi membuat pekerjaan yang ditekuni Ihsan tersebut terancam. Di Kota Giri, jumlah orang yang menekuni kerajinan membuat peralatan berbahan besi dan baja tidak lebih dari lima orang. Ihsan tidak sendirian dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dia dibantu dua koleganya, yakni Wagino, 55, dan Suhariyanto, 56. Dua orang itu memiliki tugas masing-masing. Ikhsan, ketika mengerjakan pesanan pisau di bengkelnya pada 26 Agustus 2016.